Jumat, 14 Oktober 2011

Program Pendidikan Keaksaraan

Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Hamid Muhammad saat memberikan keterangan pers terkait peringatan ke-45 Tahun Hari Aksara Internasional (HAI) mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program pendidikan keaksaraan. Fokus pendidikan keaksaraan ke depan tidak hanya keaksaraan dasar, tetapi memberdayakan secara ekonomi, sosial, dan budaya. Diharapkan, pendidikan keaksaraan dapat bermakna bagi masyarakat dan mampu menjawab tantangan saat ini.

Sejak 2008 Indonesia bergabung dengan program Literacy Initiative for Empowerement (LIFE). Program yang digulirkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) ini ditujukan bagi sembilan negara yang berpenduduk terbesar di dunia penyandang buta aksara. Negara-negara itu adalah India, Pakistan, China, Meksiko, Bangladesh, Mesir, Brasil, Indonesia, dan Nigeria.

Hamid mengatakan, sejalan dengan kerangka LIFE, penyelenggaraan program penuntasan buta aksara sejak 2009 dibangun dalam kerangka kerja Aksara Agar Berdaya (AKRAB). Upaya penuntasan buta aksara melalui pendidikan keaksaraan terintegrasi dengan kecakapan hidup dan program pengentasan kemiskinan secara umum.

Untuk mencapai tujuan LIFE, diperlukan komitmen dan kerja sama yang aktif dari negara, baik tingkat regional maupun internasional. Dengan melibatkan serangkaian pihak seperti pemerintah, masyarakat madani, lembaga swadaya masyarakat (LSM),organisasi internasional, sektor swasta, universitas, dan media komunikasi lainnya.

Lebih dari semuanya itu, para pembelajar sendiri juga harus ikut bekerja sama sebagai syarat pokok pemberdayaan yang sesungguhnya. Menghormati dan memprioritaskan para pembelajar dan kebutuhannya harus dipadukan dalam kerja sama dan mitra kerja yang dipromosikan melalui LIFE.

Pada 1965 UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai HAI. Sejak saat itu pula Indonesia secara aktif memperingati HAI dengan tujuan utama untuk memotivasi dan membangkitkan semangat belajar masyarakat, khususnya penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta aksara. Hal ini sekaligus untuk memacu percepatan pemberantasan buta aksara.

Pada akhir 2010 angka buta aksara diproyeksikan berkurang menjadi 4,79% atau 8,3 juta orang. Fokus penuntasan buta aksara adalah di Jawa Timur,Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Ella Yulaelawati menyampaikan, pendidikan keaksaraan diintegrasikan dengan program kecakapan hidup. Di samping keaksaraan dasar, dia menyebutkan,ada program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM). KUM adalah sebuah program yang memiliki kerangka yang menitikberatkan pada peningkatan keterampilan warga belajar melalui pembelajaran keterampilan/ usaha yang dapat meningkatkan produktivitas perorangan maupun kelompok pascakeaksaraan dasar.

Program ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, di antaranya meningkatkan kemampuan keaksaraan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; meningkatkan kemampuan warga belajar melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berusaha secara mandiri; serta meningkatkan taraf hidup warga belajar melalui program pendidikan keaksaraan usaha mandiri.

Pola pembelajaran pada program keaksaraan usaha mandiri perlu ditunjang dengan adanya upaya kemitraan. Kemitraan dapat dilakukan baik dengan instansi terkait dengan bidang usaha yang dilakukan, seperti balai latihan kerja, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan/atau dengan pengusaha. Melalui dukungan dari komponen- komponen tersebut, diharapkan kegiatan usaha mandiri yang dilakukan oleh warga belajar akan dapat lebih terarah dan berkelanjutan.Brg-Ike(26/9)ww
We Watch.